Tulisan ini merupakan resume dari
buku Psikologi Pemberdayaan Sosial
Chapter Action Framework pada Intervensi Sosial oleh : Dr. Ichsan Malik.
Pada tulisan ini terdapat lima bahasan utama yakni; penghampiran kepada
psikologi intervensi sosial, pengertian intervensi sosial, prinsip dasar
intervensi,langkah kegiaan intervensi dan tantangan ke depan.
Penghampiran kepada Psikologi Intervensi
Sosial
Krisis
merupakan hal yang terjadi di kehidupan sehari-hari manusisa. Perang dunia
kedua dianggap sebagai krisis terbesar yang kemudian menyebabkan kelaparan,
kemiskinan, pengungsian, pelarian politik dan kekerasan. Perubahan tidak saja
menciptakan manfaat tetapi juga dapat melahirkan krisis. Krisis dapat
menyebabkan perubahan pada komunitas dan mendorog cara baru, pilihan baru,
intervensi baru serta kekuatan untuk menyelesaikan masalah. Dengan adanya
krisis maka kita terpacu untuk menghasilkan cara dalam penyelesaia masalah. Hal
ini disebabkan karena adanya rasa kebutuhan dari manusia untuk menyelesaikan
krisis dan menghentikan krisis, dan krisis juga diyakini sebagai penyebab
berkembangnya ilmu psikologi dengan cepat.
Seorang ahli psikologi sosial
keturunan yahudi yang merupakan korban perang dunia kedua dan melarikan diri ke
Amerika Serikat; Kurt Lewin. Lewin menemukan dan kemudian mengembangkan “field theory” serta tradisi action research yang berbicara mengenai
pengetahuan psikologi sosial dapa membantu pemecahan masalah nyata di
masyarakat. Berdasarkan sejarah perkembangan psikologi, krisis dapat memberikan
pengaruh kepada lahirnya pendekatan psikologi sosial kritis. Pemikiran Tajfel
pada tahun 1972 berupaya untuk merubah pendekatan psikologi di Amerika Serikat
yang sangat individualistik dan eksperimental menjadi lebih sosial dan
disesuaikan dengan pemahaman konteks sosial dari perilaku. Fakultas psikologi Universita
Indonesia secara umum mulai berperan untuk turut memecahkan masalah yang ada di
masyarakat sejak tahun 1963.
Pengertian Intervensi Sosial
Intervensi
sosial merupakan serangkaian kegiatan untuk pemberdayaan bagi masyarakat yang
tidak diuntungkan pada suatu wilayah tertentu secara partisipatif dengan
bertumpu kepada kerangka teori dan metodologi psikologi sosial yang tepat guna.
Pengertian lebih lanjutnya yakni; Serangkaian kegiatan berarti bahwa kegiatan
intervensi sosial dirancanakan untuk kegiatan jangka panjang dan bertahap.
Kemudian pemberdayaan bagi masyarakat yang tidak diuntungkan merupakan kegiatan
intervensi sosial yang difokuskan untuk meningkatkan kapasitas dan kesadaran
kritis pada diri seseorang atau sekelompok agar dapat melakukan akses dan kontrol
terhadap sumberdaya yang ada secara mandiri sehingga dapat meningkatakan
kesejahteraan dan martabat diri serta kelompok. Dimana pemberdayaan berarti
bahwa proses sekaligus tujuan.
Secara
partisipatif berarti bahwa kegiatan intervensi baik individu maupun kelompok
diposisikan sebagai sujek yang aktif bukan hanya sebagai objek intervensi.
Dengan kata lain bahwa kelompok masyarakat harus dapat mengontrol situasi,
memiliki kewenangan serta kerjasama dengan berbagai pihak sebagai kemitraan.
Individu atau kelompok harus terlibat sepenuhnya. Sedangkan kerangka teori dan
metodologi psikologi sosial yang tepat guna mengisyaratkan bahwa penggunaan
teori psikologi sosial untuk intervensi harus tetap merujuk kepada norma-norma
yang berlaku. Pada tingkat metodologi digunakan oleh psikologi sosial untuk based line data yang kemudian dibuat
suatu jembatan untuk mengintegrasikan teori dan perencanaan kegiatan.
Prinsip Dasar Intervensi
Intervensi merupakan proses dan
tujuan dan untuk pencapaian intervensi haruslah dengan mempertimbangkan
sepenuhnya proses yang harus dan dapat dilalui sehingga rekonstruksi terhadap
perubahan psikologi sosial dapat dicapai. Perubahan psikologi sosial suatu
kelompok masyarakat terikat kepada ruang dan waktu, oleh karena itu pemahaman
terhadap masa lalu dan situasi saat in harus secara cermat sehingga program
intervensi yang akan dikembangkan dapat memenuhi tuntutan masa depan. Untuk
dpaat melakukan perubahan psikologi soal maka pelaku intervensi harus memenuhi
empat unsur dasar yaitu: Visi, Strategi, Aksi dan Refleksi.
Visi berarti pandangan
kedepan tentang kondisi ideal yang ingi dicapai melalui proses kegiatan
intervensi. Strategi intervensi
haruslah diarahkan berdaarkan dengan visi yang hendak dicapai. Strategi
merupakan cara yang akan dilakukan untuk pencapaian visi dengan pemahaman yang
cermat sehingga visi dapat tercapai dengan maksimal dan perubahan psikologi
sosial dapat tercapai baik bagi individu maupu kelompok. Sedangkan Aksi merupakan tindakan yang dilakukan
sesuai dengan arahan dari strategi. Aksi merupakan kegiatan spesifik yang
terukur untuk memecahkan masalah secara spesifik. Refleksi merupakan evaluasi atau penilaian yang dilakukan terhadap
tindakan yang telah dilaksanakan.
Langkah Kegiatan Intervensi
Langkah-langkah dalam kegiatan
intervensi terdapat dalam beberapa tahap yaitu; pertama dengan menentukan tema besar yag berarti bahwa penentuan
permasalahan atau krisis yang terjadi, tidak semua hal dapat dilakukan intervensi
sosial, sehingga dibutuhan penentuan tema besar dalam krisis yang dirasa perlu
dilakukan intervensi soasial, misalkan kelaparan dan krisis air bersih. Metode
yang digunakan untuk pemilihan prioritas masalah adalah dengan diadakannya forum group discussion (FGD) atau riset
pustaka dan orientasi lapangan. Kedua dengan adanya perencanaan intervensi dengan
cara mendalami masalah untuk mencari masalah ini sebagai prioritas intervensi
dan menjabarkannya secara mendetail.
Ketiga dengan adanya langkah Baseline pada intervensi sosial yaitu pengujian dari seluruh konse
yang sudah dirumuskan melalui proses perencanaan intervensi. Dilakukan
pengujian kembali kepada sumber sehingga didapatkan data yang empirik mengenai
sumber masalah dan digunakan juga sebagai langkah untuk memastikan ketepatan indikator
perubahan psikologi sosial yang akan dilakukan oleh pelaku intervensi. Keempat melakukan intervensi dimana
melakukan intervensi ini terdiri atas tiga kegiatan yaitu; pelaksanaan
kegiatan, kegiatan pengdokumentasian proses pelaksanaan kegiatan dan membuat
laporan kegiatan. Kelima dengan
adanya tindaka evaluasi yaitu tahap akhir dari intervensi. Hal yang harus
dievalasi merupaka evaluasi terhadap efek dan evaluasi terhadap proses.
Tantangan Ke Depan
Proses intervensi sosial dibutuhkan
adanya keberlanjutan dan hal ini merupakan tatangan terbesar yang perlu
dipecahkan. Fakta menunjukkan bahwa meskipun kegiatan telah berjalan dan
dinamika kelompok mulai terbentuk akan tetapi keberlanjutan kegiatan sangat
dibutuhkan proses pendampingan. Tantangan selanjutnya yaitu terkait dengan
teori yang masih belum terpadu secara tepat guna antara teori psikologi sosial
terapan dengan permasalahan di masyarakat yang bersifat structural dan
membutuhkan pemecahan secara kompleksitas dari permasalahan sosial psikologis
di Indonesia. Selanjutnya tantangan lain adalah dengan belum terbentuknya
jaringan kerja intervensi sosial di idonesia. Pada akhirnya tantangan terbesar
dalam proses intervensi ternyata adalah tantanga didalam diri masing-masing
pelaku intervensi. Keyakinan yang ada, kapasitas yang dimiliki serta komitmen
yang dipegang hanya akan bisa berai ketika sudah terjadi proses praktis yaitu
manunggal antara kata dan perbuatan.
Proses intervensi psikologi sosial
dapat terjadi apabila pelaku intervensi memahami secara cermat permasalahan
yang ada dan akar dari konflik sehingga dapat melakukan intervensi sosial
sesuai dengan keadaan dan menggunakan teori dan metodologi tepat guna untuk
pencapaian tujuan dalam intervensi tersebut.