Sabtu, 15 November 2014

Pedih

Pernahkah kau tertawa dengan luka..
Pedih saja tak sanggup hentikan tawamu...
Letihku buatmu menangis...
Dengan topeng yang seolah terbuka...
Hei dinding saja tak tahu padamu..
Apalagi dedaun yang hanya sekedar guguran...
Sudahlah... hentikan saja...
Biarkan aku menatap dqn memeluk tangisanmu..
Dia yang sudah mati,biar sajalah ku ganti...
Hingga nanti gugurnya kan bermakna denganmu..

Lelakiku

hujan saja menari,
dengan tarian kau yang menapak tak terhenti.
sudahlah,biarkan saja derapnya tertera.
nanti aku saja yang menatap...
Tuli aku dengan tetesan hujan yang bertubi
Sayang saja kau tak disini
Dengan letihan haru
Biar sajalah aku yang menanti
Lelaki seperti kau tak akan mengerti akan pilu ku
Penat kau saja tak berakhir

Minggu, 09 November 2014

Aku akanmu... kamu akanku...

Hanya sepi...
Hingga nanti sang pujangga datang...
Ketamakan akan cinta tak berujung
Biarlah menguap saja...
Aku dengan perbedaan akanmu...
Dengan baitan puisi ku dengan petikan lagumu...
Aku akanmu yang berlari dengan tergesa...
Kamu akanku yang bertahta sepi tak terarah...
Haruskah selesai dengan kelelahan akan penantian...
Aku akanmu dengan impian kita dahulu, yang inginku hingga nanti...
Haruskah menyerah dengan lelah?

Jumat, 07 November 2014

Hujan

Ini aku, yang menanti mentari dengan rintikan hujan...
Hujan yang datang tanpa kata dan kemudian lenyap begitu saja...
Hujan yang selalu tertata dengan penatnya jiwa hingga terlelap...
Gelap saja yang temaninya...
Dengan aku yang tertegun tanpa kata..
Aku rindu, rindu dengan kecupan hangat mentari...
Biar sajalah hujan temaniku...
Dengan harumnya tanah dan angin...
Temaniku di antara tirai-tirai bertiup...
Hingga sana jauh pandangku, hanya hujan saja...
Apakah ini masih aku? Aku dengan lelahnya sang mentari yang tak terkata..

Senin, 19 Mei 2014

Ayah....

AYAH….

Ayah, orang yang tidak ikut menangis pada saat kau menangis. Tapi dia akan menahan tangisannya..karena dia tidak ingin kau lemah. Ayah, orang yang tidak mengeluarkan banyak kata pada saat kau melanggar jam malamnya, tapi dia akan merasa sangat kecewa sehingga dia pun hanya bisa terdiam. Ayah, orang pertama yang akan mengerutkan keningnya, memikirkan cara untuk memenuhi segala kebutuhanmu tanpa mengeluh pada siapapun. Ayah, orang yang akan tertawa pada saat kau pertama kali bisa mengayuh sepedamu tanpa bantuannya lagi.. Ayah, orang yang akan melakukan apapun untuk kebahagiaan keluarganya, tanpa perduli akan kesehatannya sendiri. Ayah, orang yang selalu bisa membuatmu tertawa saat kau menangis dengan bujukan eskrim.. Ayah, orang yang selalu bisa kau andalkan untuk mengantar-jemputmu ke sekolah pada saat kau sakit ataupun hujan.. Ayah yang dengan candaannya bisa membuat kau sembuh dari sakit mu… Ayah, orang yang akan marah saat kau tidak mematuhi aturannya karena dia tahu apa yang terbaik untukmu…. Dan ayah, adalah orang yang selalu bisa menunjukkan rasa sayangnya pada mu dengan caranya sendiri…

Aku belajar untuk mengikhlaskan kepergiannya, aku juga belajar untuk bisa menata hidupku menjadi yang terbaik untuknya…tapi terkadang, aku menjadi sangat..sangat merindukan pelukannya. Aku merindukan omelannya, aku merindukan kumisnya yang bergerak-gerak saat marah. Aku merindukan teriakannya setiap pagi membangunkanku. Aku merindukan bujukan-bujukannya pada saat aku menangis. Aku merindukan senyumnya sebelum berangkat sekolah. Aku merindukan perutnya yang buncit. Aku merindukan hal-hal lucu yang dia lakukan pada saat tidur siang. Aku merindukan masakannya yang luar bisaa pedas. Aku merindukan dia dan mobil kesayangannya menungguku pulang sekolah.. 

Terima kasih pa, atas semua kenangan indah yang akan selalu kubawa dalam setiap langkahku..