Selasa, 20 November 2012


Tugas 2
TEORI DIPLOMASI
SEJARAH PERKEMBANGAN DIPLOMASI



 




Oleh:


LIA SAFITRI
0801134095
KELAS A


ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011

Pendahuluan
Tulisan ini menjelaskan mengenai sejarah perkembangan yang dialami oleh diplomasi, pada paper ini akan dijelaskan fase-fase yang memberikan kontribusi yang dianggap penting bagi diplomasi, tulisan ini juga akan menjelaskan karya-karya yang dianggap relevan dan memberikan sumbangsihnya pada diplomasi.
Fase Yunani Kuno
Dalam mitologi kuno yunani diplomasi bukanlah merupakan hal yang baru, karena dalam mitiolagi yunani terdapat dewa Hermes yang merupakan simbolisasi dari diplomasi, menurut beberapa buku mengenai mitologi yunani, Hermes selalu ditugaskan oleh para dewa khususnya Zeus untuk melakukan berbagai tugas diplomasi, kemampuan diplomasi Hermes didukung oleh sifat-sifatnya yang mempesona,penuh tipu-daya dan juga cerdik, pencitraan ini menurut Nicholson masih bertahan sampai pada saat ini.
Dalam periode awal peradapan yunani, para duta adalah mereka yang memiliki kemampuan berbicara dan berpidato yang sangat baik, hal ini kemampuan ini menurut masyarakat yunani sangat berguna dalam memenangkan negosiasi,dalam masa ini juga mulai terbentuk pusat-pusat kekuatan diplomasi meski belum sekuat negara seperti yang kita kenal saat ini, pusat-pusat itu seperti Sparta dan Athena, kedua negara kota terkuat diyunani ini saling membentuk koalisi dengan negara-negara kota lain yang lebih lemah, pembentukan aliansi ini menciptakan semacam blok yang saling curiga dan saling bersaing.
Fase Romawi
Menurut sejarawan peradaban romawi hanya melanjutkan nilai dan prinsip yang telah ada pada zaman yunani kuno, dan sangat sedikit member pengaru alam dunia diplomasi. hal ini disebabkan oleh tidak adanya negara ataupun kerajaan yang dapat menyaingi kekuatan Romawi sehingga romawi dapat memaksakan segala kehendaknya kepada kerajaan yang berada disekitarnya, baik melalui paksaan dan tak jarang juga dengan perang. Satu-satunya sumbangan peradapan Romawi adalah sistem administrasi hukum yang sangat baik dan menjadi dasar terciptanya hubungan internasional.
Fase India Kuno
Fase India kuno sebenarnya jauh lebih awal dari fase yunani kuno, akan tetapi para penulis barat sering mengesampingkan peradapan diluar eropa dalam kajiannya, dalam peradapan India kuno telah dikenal utusan-utusan resmi kerajaan. Utusan-utusan ini dibagi dalam empat tipe : 1, DUTA adalah mereka yang ahli dalam mengumpulkan informasi mengenai kekuatan lawan. 2, PRAHITA adalah para utusan yang dikirim oleh rajanya. Sedangkan yang 3 dan 4 atau SUTA dan PALAGA merupakan pejabat-pejabat tinggi yang mempunyai pengaruh dalam misi-misi diplomatic.
Pada masa india kuno ini muncul instrument baru dalam diplomasi, yaitu danda dan upeti yang pada masa sekarang lebih dikenal sebagai instrument ekonomi, hal ini adalah salah satu hal yang dianggap revolusioner pada masa ini, oleh Kautilya disebutkan bahwa dengan adanya danda dan upeti ini, diplomasi tidak selalu harus berakhir dengan kekerasan. Pada fase ini juga lahir sebuah konsep “non-violance”  (non kekerasan) dalam hubungan internasional, gagasan yang dikemukakan oleh Maurya Kaisar Asoka ini menekankan kepada konsep peace co-existence(hidup berdampingan secara damai) dan persaudaraan universal.


Fase islam
Fase islam bersama dengan fase India kuno adalah fase yang selalu dikesampingkan oleh para penulis barat, padahal sama seperti fase India kuno, fase islam telah memberikan konstribusi yang tak kecil dalam perkembangan diplomasi. fase diplomasi islam dapat dikatakan dimulai ketika nabi Muhammad mengutus Ja’far bin Abi Tholib ke kerajaan habasi(Ethopia) yang berada di Afrika, sebagai usaha untuk mencari tempat perlindungan dari tekanan kaum Quraisy yang sangat memnetang keberadaan nabi Muhammad dan para pengikutnya.
Pada masa ini walaupun permasalahan diplomatic belum terstruktur dengan baik, misi-misi diplomatic sangat berkembang. Terbukti dengan banyaknya kontak yang dilakukan oleh kerajaan islam dengan dengan kerajaan luar.
Fase Byzantium
Dimasa ini diplomasi lebih ditekankan kepada tindakan-tindakan koersif dalam diplomasi dan juga kelihaian para diplomatnya dalam seni berdiplomasi, hal ini dikarenakan kerajaan Byzantium merupakan kerajaan pertama yang memberikan pelatihan kepada para diplomatnya untuk dapat bertugas diluar negeri. Dimasa ini juga dimulai usaha untuk melakukan organisir departemen luar negerinya. Tindakan-tindakan koersif yang dilakukan oleh kerejaan Byzantium ini menghasilkan diplomasi yang bersanjdarkan kepada permusuhan, hal ini melahirkan konsep-konsep seperti : Devide, Rule dan Survive.
Fase Eropa sebelum Abad 20
Pada masa ini diplomasi dapat dikatakan mengalami masa keemasan, hal ini terbukti dengan berkembangnya konsep-konsep diplomasi yang bertahan sampai pada masa sekarang. Pada masi ini negara-negara serta kerajaan mulai melakukan kelembaagan yang baik dalam masalah diplomasi, dan penunjukan duta permanen yang ditempatkan disebuah negara atau kerajaan juga dikenal pada masa ini. Penempatan duta secara permanen ini dianggap penting karena sebuah negara atau kerajaan harus selalu mendapatkan informasi terbaru dari negara lain untuk menjalankan sebuah misi diplomasi.
Perkembangan diplomasi pada masa ini tak terlepas dari tulisan para ahli politik yang hidup pada masa ini, sebagi contoh Machiavelli dengan bukunya The Prince yang memandang politik adalah sebuah ranah tanpa moral, sangat mempengaruhi kinerja para diplomat dalam menjalankan tugasnya, sehingga di Itali terbentuk streotip yang mengatakan bahwa para diplomat adalah orang yang paling tidak dipercaya, apabila karay Machiavelli menimbulkan pandangan negative dan kekacauan maka Hugo Grotius dengan karya De Jure Belli et Pacis(hukum perang dan damai) memberikan penekanan kepada diplomasi yang teratur dan tidak hanya sebuah usaha tergesa-gesa melainkan sebuah usaha panjang dan permanen.
Simpulan
Diplomasi yang merupakan salah satu kajian utama dalam Ilmu Hubungan Internasional, bukanlah sesuatu yang baru, melainkan sesuatu yang telah lama ada dan terus berkembang hingga menjadi sesuatu yang kita kenal sekarang ini. Dan bahkan diplomasi juga sesuatu yang melampaui ekspetasi manusia, hal ini terbukti bagaimana diplomasi, dalam beberapa peradaban dikaitkan dengan mitologi, bahkan juga dikaitan dengan Agama.


Referensi
S.L Roy.1991 Diplomasi . Jakarta : rajawalipress.
Kusumaatmaja,Mochtar.1990.  pengantar hukum internasional . Binacipta : Bandung

0 komentar:

Posting Komentar