Tugas
2
TEORI DIPLOMASI
SEJARAH
PERKEMBANGAN DIPLOMASI
![]() |
Oleh:
LIA SAFITRI
0801134095
KELAS A
ILMU HUBUNGAN
INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
Pendahuluan
Tulisan ini menjelaskan mengenai sejarah perkembangan
yang dialami oleh diplomasi, pada paper ini akan dijelaskan fase-fase yang
memberikan kontribusi yang dianggap penting bagi diplomasi, tulisan ini juga
akan menjelaskan karya-karya yang dianggap relevan dan memberikan sumbangsihnya
pada diplomasi.
Fase Yunani Kuno
Dalam mitologi kuno yunani diplomasi bukanlah
merupakan hal yang baru, karena dalam mitiolagi yunani terdapat dewa Hermes
yang merupakan simbolisasi dari diplomasi, menurut beberapa buku mengenai
mitologi yunani, Hermes selalu ditugaskan oleh para dewa khususnya Zeus untuk
melakukan berbagai tugas diplomasi, kemampuan diplomasi Hermes didukung oleh
sifat-sifatnya yang mempesona,penuh tipu-daya dan juga cerdik, pencitraan ini
menurut Nicholson masih bertahan sampai pada saat ini.
Dalam periode awal peradapan yunani, para duta adalah
mereka yang memiliki kemampuan berbicara dan berpidato yang sangat baik, hal
ini kemampuan ini menurut masyarakat yunani sangat berguna dalam memenangkan
negosiasi,dalam masa ini juga mulai terbentuk pusat-pusat kekuatan diplomasi
meski belum sekuat negara seperti yang kita kenal saat ini, pusat-pusat itu
seperti Sparta dan Athena, kedua negara kota terkuat diyunani ini saling
membentuk koalisi dengan negara-negara kota lain yang lebih lemah, pembentukan
aliansi ini menciptakan semacam blok yang saling curiga dan saling bersaing.
Fase Romawi
Menurut sejarawan peradaban romawi hanya melanjutkan
nilai dan prinsip yang telah ada pada zaman yunani kuno, dan sangat sedikit
member pengaru alam dunia diplomasi. hal ini disebabkan oleh tidak adanya
negara ataupun kerajaan yang dapat menyaingi kekuatan Romawi sehingga romawi
dapat memaksakan segala kehendaknya kepada kerajaan yang berada disekitarnya,
baik melalui paksaan dan tak jarang juga dengan perang. Satu-satunya sumbangan
peradapan Romawi adalah sistem administrasi hukum yang sangat baik dan menjadi
dasar terciptanya hubungan internasional.
Fase India Kuno
Fase India kuno sebenarnya jauh lebih awal dari fase
yunani kuno, akan tetapi para penulis barat sering mengesampingkan peradapan
diluar eropa dalam kajiannya, dalam peradapan India kuno telah dikenal
utusan-utusan resmi kerajaan. Utusan-utusan ini dibagi dalam empat tipe : 1, DUTA adalah mereka yang ahli dalam
mengumpulkan informasi mengenai kekuatan lawan. 2, PRAHITA adalah para utusan yang dikirim oleh rajanya. Sedangkan
yang 3 dan 4 atau SUTA dan PALAGA merupakan pejabat-pejabat tinggi
yang mempunyai pengaruh dalam misi-misi diplomatic.
Pada masa india kuno ini muncul instrument baru dalam
diplomasi, yaitu danda dan upeti yang pada masa sekarang lebih dikenal sebagai
instrument ekonomi, hal ini adalah salah satu hal yang dianggap revolusioner
pada masa ini, oleh Kautilya disebutkan bahwa dengan adanya danda dan upeti
ini, diplomasi tidak selalu harus berakhir dengan kekerasan. Pada fase ini juga
lahir sebuah konsep “non-violance” (non kekerasan) dalam hubungan internasional,
gagasan yang dikemukakan oleh Maurya Kaisar Asoka ini menekankan kepada konsep peace co-existence(hidup berdampingan
secara damai) dan persaudaraan universal.
Fase islam
Fase islam bersama dengan fase India kuno adalah fase
yang selalu dikesampingkan oleh para penulis barat, padahal sama seperti fase
India kuno, fase islam telah memberikan konstribusi yang tak kecil dalam
perkembangan diplomasi. fase diplomasi islam dapat dikatakan dimulai ketika
nabi Muhammad mengutus Ja’far bin Abi Tholib ke kerajaan habasi(Ethopia) yang
berada di Afrika, sebagai usaha untuk mencari tempat perlindungan dari tekanan
kaum Quraisy yang sangat memnetang keberadaan nabi Muhammad dan para
pengikutnya.
Pada masa ini walaupun permasalahan diplomatic belum
terstruktur dengan baik, misi-misi diplomatic sangat berkembang. Terbukti
dengan banyaknya kontak yang dilakukan oleh kerajaan islam dengan dengan
kerajaan luar.
Fase Byzantium
Dimasa ini diplomasi lebih ditekankan kepada tindakan-tindakan koersif
dalam diplomasi dan juga kelihaian para diplomatnya dalam seni berdiplomasi,
hal ini dikarenakan kerajaan Byzantium merupakan kerajaan pertama yang
memberikan pelatihan kepada para diplomatnya untuk dapat bertugas diluar
negeri. Dimasa ini juga dimulai usaha untuk melakukan organisir departemen luar
negerinya. Tindakan-tindakan koersif yang dilakukan oleh kerejaan Byzantium ini
menghasilkan diplomasi yang bersanjdarkan kepada permusuhan, hal ini melahirkan
konsep-konsep seperti : Devide, Rule dan
Survive.
Fase Eropa sebelum Abad 20
Pada masa ini diplomasi dapat dikatakan mengalami masa
keemasan, hal ini terbukti dengan berkembangnya konsep-konsep diplomasi yang
bertahan sampai pada masa sekarang. Pada masi ini negara-negara serta kerajaan
mulai melakukan kelembaagan yang baik dalam masalah diplomasi, dan penunjukan
duta permanen yang ditempatkan disebuah negara atau kerajaan juga dikenal pada
masa ini. Penempatan duta secara permanen ini dianggap penting karena sebuah
negara atau kerajaan harus selalu mendapatkan informasi terbaru dari negara
lain untuk menjalankan sebuah misi diplomasi.
Perkembangan diplomasi pada masa ini tak terlepas dari
tulisan para ahli politik yang hidup pada masa ini, sebagi contoh Machiavelli
dengan bukunya The Prince yang
memandang politik adalah sebuah ranah tanpa moral, sangat mempengaruhi kinerja
para diplomat dalam menjalankan tugasnya, sehingga di Itali terbentuk streotip
yang mengatakan bahwa para diplomat adalah orang yang paling tidak dipercaya,
apabila karay Machiavelli menimbulkan pandangan negative dan kekacauan maka
Hugo Grotius dengan karya De Jure Belli
et Pacis(hukum perang dan damai) memberikan penekanan kepada diplomasi yang
teratur dan tidak hanya sebuah usaha tergesa-gesa melainkan sebuah usaha
panjang dan permanen.
Simpulan
Diplomasi yang merupakan salah satu kajian utama dalam Ilmu Hubungan
Internasional, bukanlah sesuatu yang baru, melainkan sesuatu yang telah lama
ada dan terus berkembang hingga menjadi sesuatu yang kita kenal sekarang ini.
Dan bahkan diplomasi juga sesuatu yang melampaui ekspetasi manusia, hal ini
terbukti bagaimana diplomasi, dalam beberapa peradaban dikaitkan dengan
mitologi, bahkan juga dikaitan dengan Agama.
Referensi
S.L Roy.1991 Diplomasi .
Jakarta : rajawalipress.
Kusumaatmaja,Mochtar.1990. pengantar hukum internasional .
Binacipta : Bandung




0 komentar:
Posting Komentar